Pengalaman Memelihara Burung Merpati (1)
Jadi, kali ini saya akan membagikan sedikit pengalaman saya tentang memelihara burung merpati.
Jadi, zaman dulu itu zaman zamannya orang melihara merpati untuk perlombaan. Mungkin saya termasuk orang fomo ya😅 jadi saya waktu itu tertarik sekali dengan burung merpati, dan juga waktu itu tetangga saya juga banyak yang main merpati.
Singkat waktu, saya sudah mengumpulkan uang sekitar 50 - 60 ribu rupiah untuk membeli merpati 1 pasang. Saya beli yang betina warna coklat dan jantan nya warna plontang.
Saya beli 1 pasang yang sudah Keket (burung yang tidak bisa jauh dari pasangan nya/setia). Nah kan kalau merpati itu ada tiga tingkatan, yang pertama itu tidak Keket, yang kedua Keket biasa, yang ketiga Keket keras.
Nah waktu itu saya beli yang lumayan Keket keras. Lalu saya juga membeli kandang nya di tetangga saya.
Jadi, burung merpati itu bisa di lepas dari kandang dan tidak akan kabur .
Tapi kalian kalau habis beli , harus di karantina dulu selama 2 Minggu dengan makanan yang teratur, karena burung juga butuh adaptasi (agar tidak stres).
Tapi pas baru saya masukan kandang, merpati itu malah bertelur, yang berarti ia sedang hamil saat saya beli. Tetapi karena ia stres dengan tempat baru, telur telur itu tidak mereka erami,dan alhasil telur itu membusuk.
Singkat cerita, burung itu sudah 2 Minggu dikarantina, saya masih takut kalau burung itu kabur kembali ke rumah pemilik nya yang sebelumnya, kan Merpati itu salah satu burung yang pintar mengingat tempat. Tapi ternyata, burung itu hanya berdiam bersama pasangan nya di dekat kandang.
Saya sedikit merasa lega disitu. Nah, setelah 1 bulan , burung itu sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan rumah saya. Dan burung itu juga sering kawin di depan saya 😑. Setelah beberapa Minggu/bulan kemudian, mereka pun bertelur lagi sebanyak 2 biji.
Burung merpati paling banyak bertelur hanya 2 biji ya, Kalau lebih, itu huallahualam 😅.
Dan ternyata burung merpati bisa membuat sarang sendiri lho, dan juga cukup besar. Saya juga sering membantu mengumpulkan bahan nya.
Saya senang sekali. Lalu setelah -+ 1bulan, telur pun menetas, saya disana sangat senang dan saya juga selalu melihat pertumbuhan mereka setiap hari.
Dan sebenarnya saya senang saat mereka dewasa, tetapi saya sedikit sedih karena mereka lebih dominan mengikuti warna ibunya (cokelat) tetapi mereka berdua jantan (anak merpati).
Seperti ini kira kira warna nya
Mirip warna kakak nya👆Mirip warna adik nya👆
Sumpah ini warna burung nya sama persis, jadi terharu 🥲.
Tapi di ujung sayap nya ada putih putih seperti ayah nya.
Oh ya , merpati juga punya suara yang khas lho, dan suara nya juga beda beda setiap burung nya.
Yang bersuara itu biasanya dilakukan untuk menarik lawan jenis, bertarung , Voice battle, dan menandakan wilayah kekuasaan nya.
Lucu banget apa lagi pas awal awal anak merpati nya belajar terbang sama belajar buat suara.
Saya juga sering bantu anak merpati belajar terbang dengan cara , cara naikan burung merpati ke tangan saya , lalu saya turun naik kan tangan saya perlahan. Disitulah anak merpati mulai terbawa untuk mengepakan sayap nya.
Dan singkat cerita mereka tumbuh dewasa. Jadi waktu itu saya baru punya 4 ekor merpati.
Oh ya saya pernah punya merpati sampai belasan lho, jadi cerita nya tidak cukup satu hari.
Sebenar nya saya kehabisan topik tentang seni , jadi saya posting cerita pengalaman asli pribadi saya sendiri.
Bagi yang penasaran sama cerita pengalaman saya tentang merpati, ikutin terus postingan blog saya selanjut nya ya...
Bye👋
Sumber: •pengalaman pribadi
Sumber gambar: •images.tokopedia.net
•media.istockphoto.com
Komentar
Posting Komentar